-----Original Message-----
From: Taufik
Sent: Thursday, January 15, 2009 6:46 PM
To: Milis : ekonomi nasional; milis : eramuslim; Milis : Syiar Islam;milis : Tarekat
Subject: [syiar-islam] Menu Sarapannya Anjing peliharaannya Israel.
Rupanya didalam medan pertempuran, ransum bagi anjing-anjing milik serdadu Israel tak pernah kekurangan pasokan 'nutrisi' yang bergizi tinggi. Balita bocah-bocah
Palestina diberondong peluru oleh tentara Israel, lalu serdadu Israel itu membiarkan
anjing-anjing pelacaknya menyantap tubuh bocah Paletina tersebut.
Apa perasaan yang dirasakan oleh orangtua melihat anaknya dijadikan makanan santapan anjing ?.
Mungkin sebagian dari kita bisa jadi tak akan mempercayainya, mungkin juga tak menjadikannya ngeri, bahkan boleh jadi tak akan membuatnya menjadi perduli. Mungkin
karena peristiwa ini terjadinya jauh dari tempat kehidupan kita, tanah Palestina berada di seberang lautan yang nun jauh disana, pun mereka bukan sanak kadang keluarga bagi sebagian dari kita. Apa perduli kita ditengah kegairahan kita dalam mengais sejumput rejeki demi segenggam berlian dan seonggok emas permata, mungkin begitulah kata hati kita membatinnya.
Tak usah terlalu resah karenanya, mungkin empati kita terhadap dongeng holocaust lebih menyentuh kalbu kita daripada orang-orang Muslim Palestina dibantai Yahudi Israel. Toh juga tak sedikit diantara kita yang lebih marah dan gemas serta kesal dalam soal disahkannya UU Anti Pornografi ketimbang soal Palestina ini. Mungkin juga urusan pencalegan DPR / DPD serta soal pencapresan lebih penting ketimbang mengurusi soal Palestina yang dari dulu memang sudah carut marut ini. Bisa jadi juga lebih asyik memimpin demo menentang dan mengutuk UU Anti Pornografi ketimbang ikut berdemo mengutuk kebiadaban Israel.
Kalaupun kita tak ikut mengutuk kebiadan Israel itupun juga tak sendiri. Ditengah atraksi kebiadaban Israel, masih ada kok yang sempat menulis pujian kepada Israel sembari menitipkan pesan bahwa... Saya kira, siapapun yang menjalani pengalaman seperti saya akan mengubah pandangannya tentang Israel dan orang-orangnya...
Israel dan Palestina, sebuah drama penuh kengerian tentang bagaimana Yahudi Israel Laknatullah membantai bangsa Palestina dalam program genocide yang sistematik. Ia
meninggalkan sejuta tontonan menarik dalam layar televisi di ruang keluarga rumah kita, serta meninggalkan polemik dari para pemujanya maupun pembencinya.
Anda mau ikutan yang mana ?.
Wallahu'alambishshwab.
*****
" Oh, Tuhan !. Saya tidak pernah melihat pemandangan mengerikan seperti ini ",' kata Abu Aukal, sambil menangis tersedu. Abu Aukal adalah seorang dokter. Bertugas di bagian gawat darurat, dia telah terbiasa menangani korban terluka maupun tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza, dalam berbagai kondisi. Tapi, tidak untuk yang satu ini. Dia hampir tak memercayai apa yang dilihatnya.
Beberapa hari lalu, di kamp pengungsi Jabaliya, yang terletak di bagian utara Gaza City, tak jauh dari pintu perbatasan Erez, seorang bocah perempuan, Shahd (4 tahun),
sedang bermain di halaman belakang rumahnya.
Tiba-tiba, tentara Zionis Israel menyerang dan menembak membabi-buta. Bocah gemuk yang lucu itu bersimbah darah. Melihat anaknya tergeletak di lantai dengan kondisi
mengenaskan, kedua orang tuanya buru-buru mengulurkan tangan hendak meraihnya. Tapi, serdadu Israel mengusirnya dengan hujan peluru. Kedua orang tua itu pun meninggalkan tempat itu, sementara anaknya masih tertidur di sana: entah sedang sekarat, entah sudah tewas.
Rupanya tentara Israel yang selalu membawa anjing pelacak saat melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, memang punya maksud tertentu dengan tindakannya itu. Jenazah Shahd sengaja dibiarkan tergeletak di halaman terbuka itu untuk (maaf) dijadikan santapan anjing.
'' Anjing-anjing itu meninggalkan satu bagian utuh tubuh bayi malang itu '', kata Abu Aukal, dengan air mata berderai, saat menuturkan cerita tragis itu, seperti
dikutip islamonline, kemarin.
''Kami melihat pemandangan memilukan selama 18 hari terakhir (agresi Israel). Kami mengangkat mayat anak-anak yang tercabik atau terbakar. Tapi, tak ada yang seperti
ini '', kata Abu Aukal.
Berhari-hari saudara Shahd, Matar, dan sepupunya, Muhammad, mencoba meraih tubuh gadis itu, tapi sia-sia. Lagi-lagi, tentara pendudukan Israel menggunakan bahasa
tembakan untuk mengusir kedua bocah itu.
Tapi, melihat tubuh Shahd yang terus dicabik anjing dari hari ke hari, Matar dan Muhammad tak tahan. Pada hari kelima, keduanya nekat mendekati tubuh Shahd yang masih
tersisa untuk membawanya pulang. Belum lagi keduanya meraih tubuh Shahd, tentara Israel menghujani dengan tembakan. Keduanya tewas. Omran Zayda, tetangga Shahd, menilai tentara Israel sangat mengetahui apa yang mereka lakukan. '' Mereka (tentara Israel--Red) menghalau dan mencegah keluarga yang ingin mengambil mayat (Shahd), karena mengetahui anjing-anjing mereka akan memakannya '', katanya.
Apa yang terjadi pada Shahd, kata Zayda, tak bisa digambarkan dengan kata-kata, tidak pula rekayasa kamera.
'' Anda tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan anjing-anjing itu kepada tubuh anak tak berdosa itu '', kata pria ini sambil menahan air matanya.
Zayda menambahkan, ''Mereka bukan hanya membunuh anak-anak kami. Mereka juga melakukan tindakan yang sangat keji dan tak berperikemanusiaan ''.
Sejumlah orang Palestina meyakini apa yang terjadi pada Shahd bukanlah satu-satunya kasus mengerikan yang dilakukan tentara Israel kepada warga Palestina di Gaza.
Sebelumnya, menimpa keluarga Abu Rabu yang sedang mencoba menguburkan tiga anggota
keluarganya yang tewas, ketika tentara Israel secara tiba-tiba mencegah acara penguburan itu dengan berondongan peluru.
Saat keluarga yang sedang berduka itu menjauh, tentara Israel melepaskan anjing-anjing pelacaknya ke arah tubuh-tubuh itu.
Peristiwa ini juga terjadi di Jabaliya. '' Apa yang terjadi ini sangat mengerikan dan tak terbayangkan '', kata Saad Abu Rabu, salah satu anggota keluarga itu.
'' Anak-anak kami tewas di depan mata kami, tapi kami bahkan dicegah untuk menguburkan mereka. Orang-orang Israel melepaskan anjing-anjing ke arah tubuh-tubuh mereka, seakan yang mereka lakukan belum cukup '', katanya sambil menangis.
Masih di Jabaliya, harian terkemuka Israel, Haaretz, melaporkan seorang dokter Palestina, dr Issa Salah (28), dibunuh tentara Israel, Senin (12/1), ketika sedang menolong korban serangan Israel. Menurut Mizan -sebuah organisasi kemanusiaan di Gaza- saat itu Issa dan timnya memasuki gedung yang diserang misil Israel. Issa dan timnya masuk ke gedung itu sambil meminta yang selamat untuk meninggalkan gedung, sementara tim medis itu mencari mereka yang menjadi korban. Tapi, beberapa menit kemudian, sebuah helikopter kembali menembakkan misilnya ke gedung itu.
Issa pun tewas. Serangan itu juga menewaskan sejumlah wanita dan anak-anak. Tewasnya dr Issa membuat jumlah petugas medis yang dibunuh selama agresi Israel di Jalur Gaza menjadi tujuh orang. Selain itu, tiga rumah sakit dan empat klinik kesehatan juga dihancurkan oleh mesin-mesin perang Zionis.
Peristiwa kelam yang terjadi di Gaza memang memilukan. Tak ada lagi sejengkal pun tempat yang aman untuk berlindung dari kebuasan mesin-mesin perang Israel. Bahkan, Israel pun seolah tak lagi mempunyai hati untuk sekadar memberi perlakuan yang baik kepada orang-orang yang telah dibunuhnya.
Apa yang terjadi di Gaza, menurut pejabat senior United Nation Relief and Work Agency, John Ging, merupakan '' tes bagi kemanusiaan kita ''.
Kisah Sedih dari Jabaliya.
http://www.republika.co.id/koran/14/26154.html
*****
Setelah Dibunuh, Teroris Israel itu Membiarkan Anjing Memakannya, Biadab !. "Ya Allah, aku tidak pernah melihat pemandangan yang mengerikan seperti ini ", jerit Kayed Abu Aukal. Doktor emergency itu tak percaya dan tak tahu lagi kata-kata apalagi yang bisa diungkapkan untuk menggambarkan kekejian Israel. Dia tak percaya, dirinya sendiri telah melihat beberapa hari sekembalinya untuk melihat Jenazah balita Shahd.
Tubuh anak kecil perempuan yang berumur 4 tahun itu terkoyak-koyak dimakan anjing-anjing Israel. Shahd tewas dan telah menjadi syuhada cilik ketika peluru kendali Israel ditembakkan ke belakang rumahnya di Kamp Pengungsian Jabaliya sebelah Utara Jalur Gaza. Saat itu, gadis cilik yang lucu tersebut tengah bermain.
Orangtua Shahd mencoba menyelamatkan putri kesayangannya yang telah bersimbah darah itu. Ketika ia mencoba mengambil jasad Shahd, pasukan teroris Israel menghujaninya
dengan tembakan dari kejauhan.
Selama lima hari berkutnya jasad gadis balita itu telah terkoyak-koyak dirobek anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel. "Anjing-anjing itu tidak menyisakan
satu bagian pun dari tubuh anak kecil itu ", kata Abu Aukal. " Kami telah melihat pemandangan yang menyayat hati selama 18 hari ini. Kami telah mengambil jasad anak-anak yang tubuhnya robek atau terbakar, tetapi belum pernah kami melihat hal seperti ini ". katanya lagi.
Melihat jenazah adik perempuannya yang masih balita menjadi santapan anjing-anjing tentara Israel, saudara laki-laki Shahd bernama Matar dan sepupunya bernama Muhammad,
nekad mendekati jenazah Shahd. Keduanya pun dihujani peluru Israel sebelum keduanya dapat mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga palestina yang syahid yang hingga hari ini telah mencapai 1.001 orang syahid sejak pembantaian 27 Desember lalu.
Sengaja.
Omran Zayda, seorang tetangga Shahd, mengatakan, orang Israel mengetahui apa yang mereka lakukan itu. " Mereka memburu keluarga Shahd dan mencegahnya untuk sampai ke
tubuh Shahd, dan mereka tahu bahwa anjing-anjing itu akan memakannya ", kata Zayda. " Mereka tidak hanya membunuh anak-anak kami, mereka sengaja melakukannya dengan cara yang paling kejam dan biadab ", Zayda mengatakan kata-katanya, bahkan kamera, tidak dapat menggambarkan pemandangan yang mengerikan itu.
" Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan oleh anjing-anjing itu terhadap tubuh Shahd yang tak berdosa itu ", katanya sambil terisak-isak tak
tahan mencucurkan air matanya.
Sejumlah warga palestina mengungkapkan, apa yang menimpa Shahd bukanlah yang pertama. Banyak warga mereka mengalami hal yang sama dengan Shahd. Di Jabaliya, saat keluarga Abd Rabbu sedang memakamkan tiga anggota keluarganya yang telah syahid, pasukan biadab Israel menembaki mereka, kata saksi mata. Orang-orang pun berlarian mencari perlindungan dari tembakan brutal itu. Tentara-tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah anggota keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan itu. " Apa yang terjadi kemudian sangat mengerikan dan tidak
bisa dibayangkan ", kata Saad Abd Rabu, pamanya.
" Anak-anak kami tewas di depan mata kami dan kami dicegah untuk memakamkannya. Orang-orang Israel hanya melepaskan anjing-anjing mereka ke arah jenazah itu, bahkan
seakan-akan mereka tidak cukup dengan kekejaman yang telah mereka lakukan itu ", jeritnya.
Biadab.
Benar-benar biadab apa yang telah dilakukan oleh teroris Israel itu. Di tengah-tengah diamnya para tentara-tentara negeri-negeri Muslim, dengan leluasa penjajah Israel melakukan kebiadabannya. Bahkan kekejian di atas benar-benar biadab. Hingga hari ini para penguasa negeri-negeri Muslim masih diam bahkan bersekongkol dengan membiarkan pembantaan terus terjadi.
Media dunia yang dikuasai Israel, menggiring opini seolah-olah tindakan Israel itu wajar. Padahal, lihatlah betapa kekejaman mereka lebih dari serangan teroris yang tak
beradab. Bohong, jika teroris Israel itu hanya memburu Hamas. Yang terjadi adalah tindakan brutal dan biadab terhadap warga sipil yang kebanyakan mereka anak-anak kecil dan perempuan. Tak puas hanya membunuh warga Gaza, teroris Israel itu juga melepaskan anjing-anjingnya untuk memakan jenazah syuhada Gaza.
Biadab !.
Sampai kapan kebiadaban Israel ini terhenti ?. Lalu di manakah para pelindung anak-anak Palestina ?. Dimanakah tentara-tentara Muslim yang akan menyelamatkan anak-anak Gaza itu? Di manakah tentara-tetara negeri Islam yang akan menyelamatkan ayah dan ibu mereka ?. Di manakah Amir umat ini ?.
Sungguh hanya orang yang biadab saja, yang membiarkan Israel membantai Gaza. Lalu mereka menyibukkan diri dengan perundingan sementara mereka memiliki pasukan dan perlengkapan perang. Mereka enggan untuk menyelamatkan Gaza dengan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan penjajah Israel itu !. Nasionalisme dan cengkraman PBB telah membuat mereka diam.
Benar, hanya Khilafah saja yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kaum Muslim. Tidak seperti hari ini, ketika Khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim telah
disekat oleh batas semu nasionalisme. Sementara para penguasanya enggan untuk mengerahkan tentara mereka menyelamatkan anak-anak Gaza. Sampai kapan ?.
Setelah Dibunuh, Teroris Israel itu Membiarkan Anjing Memakannya, Biadab!.
http://syabab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=571:setelah-dibunuh-teroris-israel-itu-membiarkan-anjing-memakannya-biadab&catid=24:akhbar-dunia&Itemid=54http://www.google.co.id/search?hl=en&q=http://syabab.com/index.php%3Foption%3Dcom_content%26view%3Darticle%26id%3D571:setelah-dibunuh-teroris-israel-itu-membiarkan-anjing-memakannya-biadab%26catid%3D24:akhbar-dunia%26Itemid%3D54&btnG=Google+Search&meta=&aq=f&oq=
*****
Tulisan Luthfi Assyaukanie : (ES: Setahu saya ini anggota Jaringan Islam Liberal?)
' Beberapa Catatan dari Israel ' .
Saya baru saja melakukan perjalanan ke Israel . Banyak hal berkesan yang saya dapatkan dari negeri itu, dari soal Kota Tua yang kecil namun penuh memori konflik dan darah, Tel Aviv yang cantik dan eksotis, hingga keramahan orang-orang Israel.
Saya kira, siapapun yang menjalani pengalaman seperti saya akan mengubah pandangannya tentang Israel dan orang-orangnya.
Ketika transit di Singapore, seorang diplomat Israel mengatakan kepada saya bahwa orang-orang Israel senang informalities dan cenderung rileks dalam bergaul. Saya tak
terlalu percaya dengan promosinya itu, karena yang muncul di benak saya adalah tank-tank Israel yang melindas anak-anak Palestina (seperti kerap ditayangkan oleh CNN and Aljazira). Tapi, sial, ucapan diplomat itu benar belaka. Dia bukan sedang berpromosi. Puluhan orang yang saya jumpai dari sekitar 15 lembaga yang berbeda menunjukkan bahwa orang-orang Israel memang senang dengan informalities dan cenderung
bersahabat.
Saya masih ingat dalam sebuah dinner, seorang rabbi mengeluarkan joke-joke terbaiknya tentang kegilaan orang Yahudi. Dia mengaku mengoleksi beberapa joke tapi kalah jauh dibandingkan Gus Dur yang katanya 'more jewish than me'.
Dalam jamuan lunch, seorang diplomat Israel berperilaku serupa, membuka hidangan dengan cerita jenaka tentang persaingan orang Yahudi dan orang Cina. Tentu saja,
informalities adalah satu bagian saja dari cerita tentang Israel . Pada satu sisi, manusia di negeri ini tak jauh beda dengan tetangganya yang Arab : hangat, humorous, dan bersahabat. Atau semua budaya Mediteranian memang seperti itu ?.
Tapi, pada sisi lain, dan ini yang membedakannya dari orang-orang Arab : kecerdasan orang-orang Israel di atas rata-rata manusia. Ini bukan sekadar mitos yang biasa
kita dengar. Setiap 2 orang Israel yang saya jumpai, ada 3 yang cerdas. Mungkin ini yang menjelaskan kenapa bangsa Arab yang berlipat jumlahnya itu tak pernah bisa menandingi Israel .
Kecerdasan itu seperti kecantikan. Ia memancar dengan sendirinya ketika kita bergaul dengan seseorang. Tidak yang laki-laki, tidak yang perempuan, semua orang Israel yang saya ajak bicara memancarkan kesan itu. Patutlah bahwa sebagian peraih nobel dan ilmuwan sosial besar adalah orang-orang Yahudi.
Yang membuat saya terkesima adalah bahwa orang-orang Israel, paling tidak para pejabat, pemikir, budayawan, diplomat, penulis, dan profesional, yang saya jumpai,
semuanya lancar dan fasih berbahasa Arab. Mereka senang sekali mengetahui bahwa saya bisa berbahasa Arab. Berbahasa Arab semakin membuat kami merasa akrab. Belakangan baru saya ketahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa formal/resmi Israel . Orang Israel boleh menggunakan dua bahasa, Ibrani dan Arab, di parlemen, ruang pengadilan, dan tempat-tempat resmi lainnya.
Kebijakan resmi pemerintah Israel ini tentu saja sangat cerdas, bukan sekadar mengakomodir 20 persen warga Arab yang bermukim di Israel.
Dengan menguasai bahasa Arab, orang-orang Israel telah memecah sebuah barrier untuk menguasai orang-orang Arab. Sebaliknya, orang-orang Arab tak mengerti apa yang
sedang dibicarakan di Israel, karena bahasa Ibrani adalah bahasa asing yang bukan hanya tak dipelajari, tapi juga dibenci dan dimusuhi. Orang-orang Israel bisa bebas menikmati televisi, radio, dan surat kabar dari Arab (semua informasi yang disampaikan dalam bahasa Arab), sementara tidak demikian dengan bangsa Arab.
Bahwa Israel adalah orang-orang yang serius dan keras, benar, jika kita melihatnya di airport dan kantor imigrasi. Mereka memang harus melakukan tugasnya dengan benar. Di tempat2 strategis seperti itu, mereka memang harus serius dan tegas, kalau tidak bagaimana jadinya negeri mereka, yang diincar dari delapan penjuru angin oleh musuh-musuhnya.
Saya sangat bisa memahami ketegasan mereka di airport dan kantor-kantor imigrasi (termasuk kedubes dan urusan visa). Israel dibangun dari sepotong tanah yang tandus.
Setelah 60 tahun merdeka, negeri ini menjadi sebuah surga di Timur Tengah. Lihatlah Tel Aviv, jalan-jalannya seperti avenues di New York atau Sydney . Sepanjang
pantainya mengingatkan saya pada Seattle atau Queensland . Sistem irigasi Israel adalah yang terbaik di dunia, karena mampu menyuplai jumlah air yang terbatas ke ribuan hektar taman dan pepohonan di sepanjang jalan.
Bangsa Israel akan membela setiap jengkal tanah mereka, bukan karena ada memori holocaust yang membuat mereka terpacu untuk memiliki sebuah negeri yang berdaulat, tapi karena mereka betul-betul bekerja keras menyulap ciptaan Tuhan yang kasar menjadi indah dan nyaman didiami.
Mereka tak akan mudah menyerahkan begitu saja sesuatu yang mereka bangun dengan keringat dan darah. Setiap melihat keindahan di Israel , saya teringat sajak Iqbal :
Engkau ciptakan gulita
Aku ciptakan pelita
Engkau ciptakan tanah
Aku ciptakan gerabah
Dalam Taurat disebutkan, Jacob (Ya'kub) adalah satu-satunya Nabi yang berani menantang Tuhan untuk bergulat. Karena bergulat dengan Tuhan itulah, nama Israel (Isra-EL, orang yang bergulat dengan Tuhan) disematkan kepada Jacob. Di Tel Aviv, saya menyaksikan bahwa Israel menang telak bergulat dengan Tuhan.
Orang-orang Israel akan membela setiap jengkal tanah yang mereka sulap dari bumi yang tandus menjadi sepotong surga. Bahwa mereka punya alasan historis untuk
melakukan itu, itu adalah hal lain.
Pembangunan bangsa, seperti kata Benedict Anderson, tak banyak terkait dengan masa silam, ia lebih banyak terkait dengan kesadaran untuk menyatukan sebuah komunitas.
Bangsa Yahudi, lewat doktrin Zionisme, telah melakukan itu dengan baik.
Melihat indahnya Tel Aviv, teman saya dari Singapore membisiki saya : " orang-orang Arab itu mau enaknya saja. Mereka mau ambil itu Palestina, setelah disulap jadi sorga
oleh orang-orang Yahudi. Kenapa tak mereka buat saja di negeri mereka sendiri surga seperti Tel Aviv ini ? ".
Problem besar orang-orang Arab, sejak 1948 adalah bahwa mereka tak bisa menerima 'two state solution', meski itu adalah satu-satunya pilihan yang realistik sampai
sekarang.
Jika saja orag-orang Palestina dulu mau menerima klausul itu, mungkin cerita Timur Tengah akan lain, mungkin tak akan ada terorisme Islam seperti kita lihat sekarang,
mungkin tak akan ada 9/11, mungkin nasib umat Islam lebih baik.
Bagi orang-orang Arab, Palestina adalah satu, yang tak bisa dipisah-pisah. Bagi orang-orang Israel , orang-orang Palestina tak tahu diri dan angkuh dalam kelemahan.
Sekarang saya mau cerita sedikit tentang Kota Tua Jerussalem, tentang al-Aqsa, dan pengalaman saya berada di sana .
Percaya atau tidak, Kota Tua tidak seperti yang saya bayangkan. Ia hanyalah sekerat ladang yang berada persis di tengah lembah. Ukurannya tak lebih dari pasar Tanah
Abang lama atau Terminal Pulo Gadung sebelum direnovasi.
Tentu saja, sepanjang sejarahnya, ada perluasan-perluasan yang membentuknya seperti sekarang ini. Tapi, jangan bayangkan ia seperti Istanbul di Turki atau Muenster di
Jerman yang mini namun memancarkan keindahan dari kontur tanahnya. Kota Tua Jerussalem hanyalah sebongkah tanah yang tak rata dan sama sekali buruk, dari sisi manapun ia dilihat.
Sebelum menuruni tangga ke sana , saya sempat melihat Kota Tua dari atas bukit. Heran seribu heran, mengapa tempat kecil yang sama sekali tak menarik itu begitu
besar gravitasinya, menjadi ajang persaingan dan pertikaian ribuan tahun.
Saya berandai-andai, jika tak ada Golgota, jika tak ada Kuil Sulayman, dan jika tak ada Qubbah Sakhra, Kota Tua hanyalah sebuah tempat kecil yang tak menarik.
Berada di atas Kota Tua, saya terbayang Musa, Yesus, Umar, Solahuddin al-Ayyubi, Richard the Lion Heart, the Templer, dan para penziarah Eropa yang berbulan-bulan
menyabung nyawa hanya untuk menyaksikan makam, kuburan, dan salib-salib. Agama memang tidak masuk akal.
Oleh Guide kami, saya diberitahu bahwa Kota Tua adalah bagian dari Jerussalem Timur yang dikuasai Kerajaan Yordan sebelum perang 1967. Setelah 1967, Kota Tua menjadi
bagian dari Israel . "Dulu", katanya, "ada tembok tinggi yang membelah Jerussalem Timur dan Jerussalem Barat. Persis seperti Tembok Berlin . Namun, setelah 1967, Jerussalem menjadi satu kembali".
Yang membuat saya tertegun bukan cerita itu, tapi pemandangan kontras beda antara Jerussalem Timur dan Jerussalem Barat dilihat dari ketinggian. Jerussalem Timur
gersang dan kerontang, Jerussalem Barat hijau dan asri. Jerussalem Timur dihuni oleh sebagian besar Arab-Muslim, sedangkan Jerussalem Barat oleh orang-orang Yahudi.
Saya protes kepada Guide itu, " Mengapa itu bisa terjadi, mengapa pemerintah Israel membiarkan diskriminasi itu ?". Dengan senyum sambil melontarkan sepatah dua patah
bahasa Arab, ibu cantik itu menjelaskan : " ya akhi ya habibi, kedua neighborhood itu adalah milik privat, tak ada urusannya dengan pemerintah. Beda orang-orang Yahudi dan Arab adalah, yang pertama suka sekali menanam banyak jenis pohon di taman rumah mereka, sedang yang kedua tidak. Itulah yang bisa kita pandang dari sini, mengapa Jerussalem Barat hijau dan Jerussalem Timur gersang ".
Dough !, saya jadi ingat Bernard Lewis : " What went wrong ? ". Ada banyak pertanyaan 'what went wrong' setiap kali saya menyusuri tempat-tempat di Kota Tua.
Guess what ?. Kota Tua dibagi kepada empat perkampungan (quarter) : Muslim, Yahudi, Kristen, dan Armenia . Pembagian ini sudah ada sejak zaman Salahuddin al-Ayyubi.
Menelusuri perkampungan Yahudi sangat asri, penuh dengan kafe dan tempat-tempat nongkrong yang cozy. Begitu juga kurang lebih dengan perkampungan Kristen dan Armenia .. Tibalah saya masuk ke perkampungan Muslim. Lorong-lorong di sepanjang quarter itu tampak gelap, tak ada lampu, dan jemuran berhamburan di mana-mana. Bau tak sedap terasa menusuk.
Jika pertokoan di quarter Kristen tertata rapi, di quarter Muslim, tampak tak terurus. Ketika saya belanja di sana , saya hampir tertipu soal pengembalian uang. Saya sadar, quarter Muslim bukan hanya kotor, tapi pedagangnya juga punya hasrat menipu.
Namun, di antara pengalaman tak mengenakkan selama berada di perkampungan Islam adalah pengalaman masuk ke pekarangan al-Aqsa (mereka menyebutnya Haram al-Syarif).
Ini adalah kebodohan umat Islam yang tak tertanggulangi, yang berasal dari sebuah teologi abad kegelapan. You know what ?. Saya dengan bebasnya bisa masuk ke
sinagog, merayu tuhan di tembok ratapan, dan keluar-masuk gereja, tanpa pertanyaan dan tak ada penjagaan sama sekali. Tapi begitu masuk wilayah Haram al-Syarif, dua penjaga berseragam tentara Yordania dengan senjata otomatis, diapit seorang syeikh berbaju Arab, menghadang, dan mengetes setiap penziarah yang akan masuk.
Pertanyaan pertama yang mereka ajukan : " enta Muslim (apakah kamu Muslim) ? ". Jika Anda jawab ya, ada pertanyaan kedua : " iqra al-fatihah (tolong baca Al-fatihah)
". Kalau hafal Anda lulus, dan bisa masuk, kalau tidak jangan harap bisa masuk. Saya ingin meledak menghadapi mereka. Saya langsung nyerocos saja dengan bahasa Arab, yang membuat mereka tersenyum, " kaffi, kaffi, ba'rif enta muslim (cukup, cukup, saya tahu Anda Muslim) ".
Saya ingin meledak menyaksikan ini karena untuk kesekian kalinya kaum Muslim mempertontonkan kedunguan mereka. Kota Tua adalah wilayah turisme dan bukan sekadar soal agama. Para petinggi Yahudi dan Kristen rupanya menyadari itu, dan karenanya mereka tak keberatan jika semua pengunjung, tanpa kecuali, boleh mendatangi rumah-rumah suci mereka.
Tapi para petinggi Islam rupanya tetap saja bebal dan senang dengan rasa superioritas mereka (yang sebetulnya juga tak ada gunanya). Akibat screening yang begitu keras, hanya sedikit orang yang berminat masuk Haram al-Syarif. Ketika saya shalat Maghrib di Aqsa, hanya ada dua saf, itupun tak penuh. Menyedihkan sekali, padahal ukuran Aqsa dengan seluruh latarnya termasuk Qubbat al-Shakhra sama besarnya
dengan masjid Nabawi di Madinah. Rumah tuhan ini begitu sepi dari pengunjung.
Tentu saja, alasan penjaga Aqsa itu adalah karena orang-orang non-Muslim haram masuk wilayah mesjid. Bahkan orang yang mengaku Muslim tapi tak pandai membaca al-Fatihah tak layak dianggap Muslim. Para penjaga itu menganggap non-Muslim adalah najis yang tak boleh mendekati rumah Allah.
Saya tak bisa lagi berpikir. Sore itu, ingin saya kembali ke tembok ratapan, protes kepada Tuhan, mengapa anak bontotnya begitu dimanja dengan kebodohan yang tak masuk
akal.
*****
Tulisan Abdillah Toha menanggapi tulisannya Luthfi Assyaukanie:
Bung Luthfie yang baik. Membaca catatan anda, saya juga terkesima. Bukan dengan Israel , tetapi dengan catatan itu. Betapa seorang yang berpendidikan tinggi seperti
anda bisa membuat tulisan dan kesimpulan yang berbau propaganda setelah hanya beberapa hari (?) berkunjung ke Israel , atas undangan dan kebaikan mereka, Sampai-sampai anda meratap di tembok ratapan Yahudi.
Seingat saya, saya belum pernah membaca tulisan yang begitu memuja dan memuji Israel seperti tulisan anda ini, termasuk tulisan orang Israel yang mendukung Zionisme.
Kenapa saya sebut propaganda ?. Karena sebuah tulisan yang memuja dan memuji ditambah mengecam lawannya, seolah-olah tak ada aspek negatif dari subyek yang dipuji dan tak ada aspek positif dari yang dikecam, adalah sebuah propaganda.
Propaganda ini cukup berhasil, melihat komentar-komentar di halaman Facebook anda.
Namun, menurut saya, proaganda ini kurang cerdas karena orang langsung akan dapat menilai demikian. Seharusnya, anda bisa lebih cerdas dengan 'pura-pura' sedikit
mengeritik Israel agar lebih kelihatan obyektif.
Pertama saya harus jelaskan lebih dahulu bahwa saya dan kita semua harus membedakan antara orang Yahudi dan negara Israel . Tidak semua Yahudi mendukung Zionisme Israel
dan sayapun punya cukup banyak kawan Yahudi yang sangat kritis terhadap Israel . Bahkan belum lama ini saya sempat bertemu dengan beberapa Rabbi Yahudi yang mengatakan bahwa pembentukan negara Israel itu bertentangan dengan buku suci mereka. Kita tidak boleh memusuhi Yahudi atau ras apapun, tetapi sikap mendukung
negara Israel berarti mendukung kebiadaban modern dan satu-satunya penjajah yang tersisa di abad ke 21 ini (kecuali bila kita masukkan pendudukan AS atas Iraq dan
Afghanistan ) .
Saya tidak ingin berpanjang-panjang membahas soal ini, tapi bila anda ingin membaca
tulisan-tulisan (termasuk oleh beberapa orang Yahudi seperti Dr Finkelstein dsb.) tentang pelanggaran, kebrutalan dan kekejaman Israel, dengan senang hati akan saya kirimkan.
Bung Lutfhi, anda memang tidak akan melihat tank-tank Israel di Tel Aviv atau kota lain karena tank-tank itu dikonsentrasikan di perbatasan untuk membunuh orang-orang
Palestina. Anda katakan " Mereka tak akan mudah menyerahkan begitu saja sesuatu yang mereka bangun dengan keringat dan darah ". Barangkali akan lebih jelas kalau anda lebih spesifik, mereka itu siapa, darah Israel atau darah Palestina.
Alangkah naifnya komentar kawan Singapore yang anda kutip : "orang-orang Arab itu mau enaknya saja. Mereka mau ambil itu Palestina, setelah disulap jadi sorga oleh
orang-orang Yahudi. Kenapa tak mereka buat saja di negeri mereka sendiri surga seperti Tel Aviv ini ? ". Orang ini pasti belum pernah ke Saudi, Kuwait , Dubai , Turki dll. Atau anda yang sudah pernah kesana mungkin begitu terkesima oleh Israel sehingga lupa di negara-negara Arab yang merdeka mereka juga tidak kalah bisa membangun negerinya yang berpadang pasir. Bagaimana Palestina mau membangun kalau tiap hari di bom, diserang, digusur, dibatasi geraknya dengan ratusan chek points dan di blokade. Atau mungkin anda tidak diajak oleh pengundang anda ke kawasan-kawasan itu. atau anda tidak berpikir perlu menyempatkan melihat kesengsaraan warga Gaza yang diblokir oleh Israel .
Anda katakan " setiap 2 orang Israel yang saya jumpai, ada 3 yang cerdas. Mungkin ini yang menjelaskan kenapa bangsa Arab yang berlipat jumlahnya itu tak pernah
bisa menandingi Israel ".
Saya kira anda harus lebih banyak membaca, bung Lutfhi. Perang Yom Kipur, terusirnya tentara Israel dua kali dari Lebanon (terakhir Juli 2006) adalah sebagian
rentetan fakta kekalahan-kekalahan Israel .
Diluar itu, ketidak mampuan Palestina dan Arab mengusir Israel dari tanah yang didudukinya sampai sekarang bukan karena 'kecerdasan' orang Israel tetapi nyata-nyata
dukungan satu-satunya negara adi daya di dunia yang menjadikan militer Israel sebagai militer nomor tiga terkuat di dunia saat ini. Pejuang Palestina hanya bisa melawan dengan batu dan roket primitif rakitan sendiri.
Yang dihadapai bangsa Arab itu sebenarnya Amerika, bukan sekadar Israel. Saatnya akan tiba ketika semua kekuatan zalim ini akan punah. Tanda-tanda itu sudah mulai
tampak dengan adanya krisis global saat ini dan gagalnya misi Amerika di Iraq dan
Afghanistan.
Bung Luthfi, saya tidak menutup mata terhadap kekurangan dan kebangrutan moral banyak negara Arab yang otoriter dan korup. Inilah salah satu sebab utama 'kekalahan' Arab terhadap Israel karena mereka tidak menjalankan kebijakan yang merepresentasikan kehendak rakyatnya. Karenanya, ketika Sayyid Hasan Nasrullah dengan Hizbullahnya berhasil mengusir Israel dari tanah Lebanon untuk yang kedua kalinya, beliau menjadi pahlawan dan manusia terpopuler dikalangan rakyat Arab.
Tetapi saya juga tidak akan menggambarkan orang-orang Arab (muslim) Israel yang tinggal di kampung-kampung kumuh dan membandingkannya dengan hunian orang Yahudi
dengan mengatakan "Lorong-lorong di sepanjang quarter itu tampak gelap, tak ada lampu, dan jemuran berhamburan di mana-mana. Bau tak sedap terasa menusuk" tanpa mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang miskin dan terpinggirkan disana.
Bukankah lorong-lorong orang miskin selalu demikian dimana-mana ?. Dan tahukah kenapa warga negara Arab muslim di Israel ini miskin dan terpinggirkan ?. Karena
mereka adalah warga yang memang dipinggirkan dan di diskriminasi.
Orang-orang Arab warga Israel harus membayar pajak lebih tinggi dari warga Yahudi karena mereka tidak (boleh/qualified) , menjadi anggota militer dan bentuk diskriminasi lain [http://www.jfjfp. org/factsheets/ arabsinisrael. htm.
http://www.washingt onpost.com/wp-dyn/content/article/2007/ 12/19/AR20071219 02681_pf. html ],karyawan yang menggunakan bahasa Arab bisa dipecat [http://weekly. ahram.org. eg/2004/680/re104.htm ], dalam pendidikan mereka juga di diskriminasi [http://www.hrw. org/legacy/ reports/2001/israel2/ ], warga Arab Israel banyak yang dibunuh dan diperlakukan dengan semena-mena [http://files.tikkun.org/current/article. php/200810070445 18248 ], dan seterusnya.
Anda boleh lihat ratusan laporan berbagai organisasi Human Rights lainnya tentang hal ini. Sebagai negara yang digembar gemborkan demokrasi ditengah-tengah toriterianisme dunia Arab, mereka telah memperlakukan demokrasi dengan standar ganda.
Saya kira semua yang saya sampaikan ini bukanlah hal baru. Hanya saja, entah kenapa, anda memilih menutup mata dan hati bagi situasi yang demikian. Atau mungkin karena
anda mempunyai agenda tertentu dalam rangka me- 'liberal' -kan" Islam ?.
Wallahualam.
Celoteh Antek Teroris Israel Dibungkam Anggota Dewan.
http://www.warnaislam.com/berita/dunia/2009/1/6/58440/Celoteh_Antek_Teroris_Israel_Dibungkam_Anggota_Dewan.htm
*****
Hati-hati dalam memilih saham, selalu recek dengan chart Anda, pilih yang cocok saja dan jangan lupa MM dipasang di Trading Plan serta Be Discipline.
Semoga bermanfaat.
ES
Investasikan Dunia Mu Untuk Akherat Mu
DISCLAIMER ON